Wednesday, April 27, 2005

Lumpur apung

Nggliyeng, meriang, nggak enak badan ditambah sakit perut..lengkap sudah ketidaknyamanan hari ini. Akibat tidak bisa tidur berhari-hari. Mungkin aku yang mulai jadi manja, terbiasa dikeloni dan dirawat olehnya. Sementara saat ini dia masih di makassar. Baru besok pulang.. Itupun masih harus ditambah satu hari lagi untuk istirahat. Kangen..apalagi saat sedang sakit seperti ini. Kangen kelembutan dan perhatiannya saat merawatku. Kangen diselimuti sebelum tidur. Kangen shalat malam bersama. Kangen dengan obrolan-obrolannya. Kangen dengan ketololan-ketololannya. Kangen keperfeksionisannya soal kopi, wine, makanan, plating, service, suasana, dan semua hal yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai chef. Hal-hal yang kadang njengkelin dan membuat rikuh, saat bersama orang-orang yang tidak sebidang dengannya. Tapi kok ya ngangeni.. Kangen dimasakin spagetti tengah malam atau ke cibadak, hanya karena aku nggak bisa makan. Padahal dia sedang diare berat sampai susah bangun. Sedangkan aku saat itu hanya panas biasa karena banyak pikiran. Akibat sahabatku mengambil kredit Hp atas namaku dan nunggak 6 bulan. Hal yang baru ketahuan saat debt collectornya datang ke rumahku. Sialnya, adikku yang ngobrol dengannya. Akhirnya, aku dimaki dua orang. Si debt collector dan adikku! Sampai saat ini aku masih marah pada temanku itu. Meskipun dia sudah minta maaf dan menjelaskan (kalau saat itu dia kalut karena perceraiannya). Mungkin yang membuatku sangat marah adalah jumlah bulannya. Kalau dia hanya menunggak 2 bulan, dan dia menggunakan alasan itu, Ok lah. Tapi 6 bulan?? It means dia baru bayar cicilan pertama (menurut debt collector itu), dan kalau dirunut waktunya, saat itu dia masih belum mengurus perceraiannya. Masih sering ngopi-ngopi denganku dan adi. Dan sekarang dia marah karena aku nggak pernah balas sms atau angkat telpon darinya. Saat itu aku masih nggak tega untuk ngomong nggak enak pada orang yang baru kena musibah. Tapi lama-lama aku berpikir, aku kok masochist amat sih sama diri sendiri? Menyakiti diri sendiri daripada menyakiti orang lain. Yang sudah seharusnya dimarahi. Jadi ya maaf, kalau aku menjauh. Aku masih marah. Aku masih sakit hati. Tega-teganya dia?? Udah menggunakan nama orang untuk kepentingan dia, nunggak 6 bulan, ada debt collector. Ditambah aku masih harus dimaki-maki adikku pula. Memang jaman sekarang harus hati-hati ya pilih teman.. Kadang segala yang terlihat tidaklah sama saat dekat. Seperti lumpur apung. Yang menjebak, melesak saat dipijak. Yang kita percaya karena bentuknya. Yang seperti tanah.

Friday, April 15, 2005

sempurna

Beberapa hari yang lalu aku melihat anjing yang kakinya tiga. Bener-bener buntung, karena kaki yang seharusnya jadi kaki ke empat dipapras sampai ke sendi pahanya. Sampai sekilas terlihat kalau anjing itu memang anomali, cuma punya 3 kaki dari lahir. Sedih, miris, nggak tega liatnya.. Samapai-sampai harus memalingkan muka agar nggak kebayang-bayang sampai malam, dan jadi nightmare. Tapi anjing itu sendiri keliatan santai dan riang. Sibuk menjulurkan lidahnya dan berlari-lari dengan penuh semangat. Mungkin menurutnya, hidup sudah cukup sempurna untuknya. Bumi tempat berlari, tong-tong sampah yang menyediakan suplai makanan lengkap, air dari got dan keran rumah, angin yang membuat kupingnya berkibar saat berlari, matahari yang bersinar, dan kalau hujan pun, ia dapat bergulingan di lumpur dangkal jalanan. Mungkin kita yang terlalu sering melihat dengan sudut pandang kita, perspektif kita yang kadang tidak menyeluruh. Kita terbiasa mengandaikan sesuatu dengan kita, apa yang kita rasakan bila berada dalam format atau keadaan demikian. Padahal kadang tidak demikian halnya. Seperti anjing yang sudah merasa sempurna, dalam keadaan yang kurang sempurna menurutku. Kadang sesuatu yang tidak sempurna adalah sempurna, sedangkan kesempurnaan kadang menjadi membosankan. Seperti pasangan. Dia akan menjadi sempurna karena ketidaksempurnaannya. Karena itulah tempat kita masuk, ke dalam sisi yang tidak sempurna itu, dan mengisi ketidaksempurnaan kita dengannya. Saling melengkapi. Seperti puzzle.