Saturday, June 10, 2006

Filler

Mungkin aku aneh, tapi dalam perkembangannya rencana pernikahan ini mulai membuat gila. Aku merasa ditindas atas nama kasih sayang. Atas nama semua perilaku yang mengatur, membatasi, memaksakan dan pengambilalihan atas nama kasih sayang dan perhatian. Terserahlah, kalau ada yang memanggilku tidak tau terima kasih atau apa pun. Aku sudah muak dengan semuanya. Semua ego dan dendam lama yang meledak, seperti nanah dari luka lama yang tersodet. Kadang aku merasa dijadikan alat. Timing yang tepat untuk memmbentangkan ego dan kemauan, berbungkus dendam lamanya. Dia boleh bilang mama banyak maunya, boros, nggak pernah belajar..or anything! But in the other hand, dia juga nggak lebih baik kok. Sudah terlalu banyak orang yang tersinggung dengan dia. Mama terutama. Kami berdua juga. Dan mungkin juga bapak ibunya. Aku capek. Rasanya disini aku bukan orang yang mau jadi manten, tapi pengisi acara. Capek. Lelah mental, fisik dan finansial. Mungkin aku nggak perlu ikut nyumbang ya? Aku kan hanya pengisi acara, yang harusnya dibayar. Bukannya malah diharuskan ikut urunan. Toh katanya resepsi itu acara orang tua perempuan, bukan manten. Jadi aku tinggal kosongin hari dan minta rundown acara. Acara selesai, terima uang, terus pulang. Nggak perlu ngurus tetek yang sudah bengek itu. That's it. Terserahlah, kalau ada yang mau bilang aku kurang ajar, nggak tau terimakasih atau bahkan durhaka. Yang jelas aku marah, tersinggung dan merasa dianiaya secara mental. Mau nikah aja susah bener!