Monday, September 18, 2006

Tibet-ish

Kadang aku takut kehilangan kucing kecilku, yang manis kuning dan lucu. Yang banyak menemaniku akhir-akhir ini. Kucing yang tak sengaja kutemukan di jalan, saat berusaha pulang ke rumah dalam keadaan sakit dan lesu. Kucing kuning kecil yang lucu, yang berekor setengah. Kuning seperti Garfield. Kugemukkan dan kurawat sampai bersih. Mungkin itu yang membuat dia menggendut seperti Garfield. Gendut, lucu dan pemalas. Datang saat minta makan atau dibelai. Animal instinct. Kebersamaan kami membuatku semakin takut akan kehilangannya. Aku selalu takut kehilangan. Karenanya aku selalu berusaha untuk tidak terlalu menyayangi sesuatu. Keluarga, teman bahkan barang. Agar tidak terlalu sakit saat terlepas. Impian dan keinginanlah yang menerbangkan kita, dan membuatnya menyakitkan saat terhempas. Aku terlalu takut untuk bermimpi. Dan menyayangi. Saat apa yang kausayangi terenggut darimu, yang tersisa hanyalah ampas dari esens jiwamu. Seperti papa. Orang yang paling aku sayangi sepanjang nafasku, ternyata bisa meninggalkanku. Sejak itu aku takut untuk menyayangi dan merasa memiliki. Bagaimana kalau kucing ini teringat ibunya dan memilih tinggal bersamanya? Atau ia menemukan rumah lain, yang lebih memanjakannya? Aku takut. Apapun dayaku, usahaku..tetap dia bukan milikku. Tapi seperti semua doa dari yang pernah ditinggalkan, aku selalu berdoa "semoga dia tetap bersamaku.".

0 Comments:

Post a Comment

<< Home