Friday, December 10, 2004

Lara sang Omnivora

Susahnya kalau insting coba-cobaku sedang kumat.. Berhubung sedang dekat dengan orang yang suka makan, akhirnya insting itu tersalur ke makanan deh.. Tadi aku baru mencoba pa pa thang. Sejenis minuman khas china dengan rumput laut, lengkeng kering, biji teratai dan es diatasnya. Rasanya cukup manis, walaupun tidak se-OK yang kubayangkan saat mendengar unsur-unsur penyusunnya. Langsung kutelpon dia untuk laporan. Ini merupakan salah satu hal yang kukangeni dari nggak adanya dia di Bandung. Semangat mencoba kami, yang kadang salah tempat, namun sangat aku nikmati. Jadi ingat terakhir kali makan malam dengannya , di acara launching sebuah merek cigar, di sebuah hotel terkenal Jakarta minggu lalu. Akhirnya setelah berbulan-bulan hanya mendengar namanya, aku merasakan seperti apa foie gras itu. Hati angsa yang melegenda, yang konon sebanding dengan kemasyuran kaviar. Di acara ini aku baru menyadari kekuatan pikiranku. Setelah diguyur beberapa gelas apple martini dan empat jenis wine, aku sedikit pun belum tipsy. Meskipun menumpahkan sedikit wine, karena keleyengan akibat dipotong saat sedang meramal dengan wine. Namun ternyata efek pikian pun ada batasnya. Saat seteguk absinthe itu memasuki rongga perutku, aku merasa ditonjok di ulu hati. Padahal saat ia mengalir ke tenggorokanku, hanya terasa rasa manis yang halus. Minuman halusinogen ini memang tidak main-main. Tak heran van gogh sampai memotong daun telinganya sendiri. Untung, waktu itu aku nggak jackpot! Namun sebagai orang yang suka memaksakan limit diri, aku masih berusaha untuk bernegoisasi dengan perutku untuk mencoba benda-benda aneh yang ada di dunia. Beberapa hari kemudian, bayang-bayang biawak menari di depan mataku. Gimana ya rasanya makan biawak? Akhirnya kupaksalah dua sahabatku untuk menemani ke daerah kota. Agak susah sih untuk mencari tempatnya. Dengan berbekal informasi dari seseorang yang berkantor di daerah situ, dan kabarnya suka makan, kami dapat menemukan tempat itu. Tenda pinggir jalan dengan beberapa kerangkeng yang berisi ular, biawak dan MONYET! Kejam, binatang selucu itu kok ya dimakan?? Akhirnya kami pesan makanan dengan perasaan nggak nyaman, takut kalau sewaktu-waktu binatang-binatang itu dipotong di depan mata kami. Dengan membelakangi kandang-kandang itu, sahabatku memesan abon ular dan aku pun memesan sop biawak. Rasanya kayak ayam sih pada awalnya. Tapi after tastenya agak amis dan bikin perut munyel-munyel. Kayak abis jackpot gitu.. Yeah, curiosity kills the cat indeed. Selagi aku menikmati sebatang rokok penghilang rasa amis itu, tiba-tiba dari arah kandang monyet terdengar bunyi "dukk..." ringan, disertai perkataan "yah..mati." Spontan kami langsung mencelat, meninggalkan uang dan kabur masuk mobil. Jangan-jangan itu suara terbunuhnya monyet kecil itu. Sediih.. Tampaknya aku perlu mempertimbangkan untuk makan ular dan cicak. Nggak kebayang proses pembunuhannya sebelum mereka masuk ke perutku..

1 Comments:

Blogger kamala said...

beluuum.. Tapi ularnya udah mateng kan, mas? Kalau masih hidup sih emoh.. :(

December 15, 2004 at 1:11 AM  

Post a Comment

<< Home