Thursday, October 07, 2004

disebrat

Ternyata akulah yang selama ini memaksakan diri untuk merengkuh sejumput kebersamaan kami. Yang mungkin hanya ilusi. Kesedihan dan kehilangan hanyalah ilusi semata. Keterikatan akan keberadaannya. Kebutuhan akan adanya dia di sampingku. Kadang kupertanyakan arti ilusi ini. Kehidupan yang katanya hanya ilusi. Namun mengapa ilusi ini menyusupi pori-pori jiwaku? Ketergantungan yang menyerupai candu dalam darahku. Ternyata ada yang lebih parah dari rokok dan wine. Yang dapat kutinggalkan begitu saja saat kumau. Ternyata canduku adalah kasih sayang. Keterikatan. Shita. Dulu aku pernah mempertanyakan mengapa Shita begitu terikat pada Rama? Setelah begitu buruknya perlakuan. Dia yang pernah menjadi bunga negeri setelah disunting hanyalah memetik buah penderitaan dan penghinaan. Bagaimana aku tidak mengatakannya dihina, bila setelah perjuangannya akan Rahwana, dia masih dibuang pula. Dibuang ke pinggir Sungai Yamuna sampai diangkat anak oleh pertapa. Dengan janin Rama dalam tubuhnya. Sampai Rama menjemputnya kembali, setelah banjir bandang dan semua bencana yang melanda negerinya. Yang datang dari air mata Shita. Hanya karena Rahwana. Seorang yang disebut raksasa oleh masyarakat Jawa. Yang ternyata berwajah tampan dan gagah laksana dewa. Hanya karena dia muncul sebagai tokoh antagonis, maka dia dikatakan buruk rupa seperti raksasa. Raksasa mana yang bisa membuat seorang raja tega membakar dan kemudian membuang ratunya sendiri? Ratu yang diperjuangkannya diatas darah bangsa kera. Tidaklah mungkin seorang raksasa buruk rupa mendapat perlakuan setinggi itu. Rahwana yang istri-istrinya tersebar dimana-mana. Mulai dari bidadari kahyangan, putri-putri raja, sampai ratu bangau, buaya dan lainnya. Betapa tak mungkinnya. Seorang raja raksasa? Sesakti apapun dia hanyalah raksasa. Kadang kubertanya, apakah cinta yang membuat Shita bertahan? Ataukah kewajiban, sebagai titisan Shri Lakhsmi yang harus mendampingi Shri Vishnu saat turun ke dunia? Ataukah kebutuhan, keterbiasaan akan Rama disisinya? Ataukah nama baik dan keadaan? Ataukah...?ataukah...?

1 Comments:

Blogger kamala said...

Mungkin kata ini cuma sering digunakan orang-orang dari keluarga jawa lama atau yang tertarik dng budaya jawa aja ya, mas.. Makanya lama-lama nggak kedengaran. :)

October 11, 2004 at 12:30 AM  

Post a Comment

<< Home