Tuesday, August 17, 2004

Pelita

Dahulu kala manusia merupakan makhluk yang paling dekat dengan-Nya, karena kemampuan-Nya untuk berkomunikasi dengan-Nya. Hal ini diperolehnya berkat sebuah pelita ajaib yang membuatnya mampu berkomunikasi dengan Tuhan. Iblis, yang dalam semua cerita kuno hingga modern, memendam rasa iri pada manusia, berusaha memisahkan manusia dan Pelitanya. Mereka menyembunyikannya di sungai, menenggelamkannya ke palung terdalam, menyimpannya di puncak gunung tertinggi hingga ke gua tersembunyi. Namun manusia selalu dapat menemukannya. Hingga suatu ketika para Iblis mengadakan sidang besar untuk menjauhkan manusia dari Tuhan-Nya. Sidang yang dibuat karena usaha berlarut-larut mereka tidak membuahkan hasil yang nyata. Para menteri, jendral, panglima, penasehat, hulubalang dan serdadu iblis itu memeras kreativitas licik mereka. Mereka pun berdebat, perdebatan panjang yang membuat angin mendengkur karenanya. Hingga, sebentuk iblis kecil memberanikan diri untuk memakai hak suaranya. Dan berkata dengan suara kecilnya, “Yang Mulia semuanya, saya mempunyai usul yang pasti mampu membuat manusia sulit berkomunikasi dengan Tuhan.” Ruangan ramai itupun mendadak hening karena kelancangan iblis kecil ini. Si kecil yang bukan siapa-siapa! Keheningan itu mendadak dipecahkan koor raungan, jeritan, teriakan dan geraman para petinggi yang hadir. Keriuhan yang dipadamkan oleh Sang pemimpin sidang, Iblis Besar bertanduk, yang tingginya mencapai langit dan penyebutan namanya saja mampu membuat penyebutnya menjadi lebih jahat. “Hmm…apa katamu, anak kecil? Usul apa yang kau punya, apakah lebih hebat dari para Yang kejahatan dan kekejamannya telah terbukti ini? Sebutkanlah!” Katanya dengan suara halus. Di dunia iblis, makin tinggi derajat keiblisannya akan makin halus pembawaan mereka, semakin menarik dan bertatakrama, mengecoh pikiran pendengarnya. (Mungkin ini dapat di-analogi-kan dengan perbandingan preman pasar yang petantang-petenteng, dengan mafia yang mengkhususkan dirinya pada kalangan sosial tertentu.) “Saya tidak bisa memberitahukannya, Yang Mulia, saya tidak berani menanggung resiko kebocoran” kata Si kecil takut-takut, “tapi rencana saya ini pasti berhasil, kalau gagal saya berani dihukum untuk tidak berkata kasar dan berbuat jahat seumur hidup saya.” Setelah melalui perdebatan panjang, dengan kata-kata yang tidak etis untuk disebutkan, maka sidang sepakat untuk menyetujui usul Si kecil. Dengan persyaratan yang ia ajukan sebagai jaminannya. Hiks..sungguh syarat kecil, yang sangat berat, menurut mereka. Si kecil pun mulai melaksanakan rencananya. Dan dalam hitungan minggu, manusia mulai terlihat bingung. Ia mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan Tuhan-Nya, Pelitanya menghilang! Ia mencari ke semua sudut alam semesta, namun yang dicarinya tak kunjung ditemukan. Tak terpikir olehnya untuk bertanya pada Si kecil. Si kecil, yang awalnya bukan siapa-siapa, sekarang menjadi Selebriti iblis. Semua Iblis memandangnya takjub, bahkan para vampire cantik seksi yang digandrunginya habis-habisan pun mulai tersenyum padanya. Kehebohan ini menimbulkan iri hati di kalangan Iblis terkemuka lainnya. Hingga digelarlah sidang berikutnya. Setelah mengucapkan selamat pada Si kecil, Iblis Besar pun masuk ke topik utama sidang. Apa yang dilakukan Kecil hingga manusia kehilangan Pelitanya? Mulanya Si kecil mengajukan keberatannya, hingga emosinya sebagai selebriti baru memuncak, dan membuatnya menyebutkan tempatnya menyembunyikan Pelita itu. Pelita yang disembunyikannya di dalam diri manusia sendiri, “Ia pasti tidak akan pernah menemukannya di gunung, lembah, sungai, dasar samudra atau pelosok jagat raya manapun. Ia selalu mencarinya di luar dirinya, adalah suatu pencarian yang sia-sia semata untuknya, karenanya tidaklah pernah ia akan menemukannya.” tegas Selebriti baru ini dengan sombongnya. Akhirnya sidang pun ditutup dengan janji tidak akan membocorkan rahasia tersebut pada makhluk di luar sidang. Tapi..suatu ketika manusia mengetahui rahasia ini. Dan mulailah ia mencarinya ke dalam dirinya. Pencarian yang lama, walau tak dapat dikatakan sia-sia.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home